Ahli Gizi dr Tan Kritik Menu MBG Burger, Spageti, Hingga Susu
- Arry
- 27 September 2025 17:44
Newscast.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah mendapat sorotan. Kali ini datang dari dokter sekaligus ahli gizi dr Tan Shot Yen.
dr Tan menilai, penyajian menu MBG di sejumlah daerah telah melenceng dari tujuan awal. Bahkan kini banyak menu MBG yang menyajikan makanan olahan seperti burger, spageti, hingga chicken katsu. Selain itu, dia juga menyoroti pemberian susu.
Hal ini disampaikan dr Tan saat rapat dengan Komisi Kesehatan DPR pada Senin, 22 September 2025. Rapat ini diunggah di akun YouTube TV Parlemen.
Sorotan soal menu Burger
dr tan menilai pemberian menu seperti burger dan spageti telah salah. Apalagi bahan baku burger, yakni gandum, tidak berasal dari Indonesia.
Baca juga
Lagi, Ratusan Siswa di Bandung Barat Keracunan Usai Santap Buah MBG Berbelatung
"Yang dibagi adalah, adalah burger. Di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, nggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia," kata Tan.
"Dibagi spageti, dibagi bakmi Gacoan, oh my god. Dan maaf, ya, itu isi burgernya itu kastanisasi juga, kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus dikasih chicken katsu," ujarnya.
Daging Olahan Pink Dipertanyakan
Dalam kesempatan itu, dr Tan juga menyinggung soal isi burger hanya berupa daging olahan tipis berwarna pink yang kualitasnya meragukan.
"Saya aja nista bilang itu daging olahan, saya nggak tahu itu produk apaan. Itu rasanya kayak karton, warnanya pink dan buat lucu-lucuan nih. Lalu anak-anak disuruh, oke, do it your own, DIY. Susun, ada sayurnya. Astaga, kan bukan itu tujuan MBG, punten," tegas Tan.
Menurutnya, penyajian menu ini tidak mendidik anak-anak untuk menghargai pangan lokal yang lebih kaya gizi dan sesuai kebutuhan.
"Akhirnya apa ini, mau sampai kapan makannya burger, gitu, lo. Ya, jadi saya setuju bahwa ada anak yang tidak suka dengan pangan lokal karena mereka tidak terbiasa, tapi bukan berarti lalu request anak-anak lalu dijawab oleh dapur, ya wislah.... Kalau request-nya cilok? Mati kita," ucapnya.
Baca juga
Korban Keracunan MBG di Bandung Barat Tembus 1.333 Orang, Mulai Siswa PAUD Hingga SMA
Dorongan untuk Gunakan Menu Lokal
dr tan mengusulkan agar menu MBG lebih memajukan menu lokal. Hal itu tak hanya lebih sehat tetapi juga mendukung ketahanan pangan daerah.
"Alokasikan menu lokal 80 persen isi MBG di seluruh wilayah ya, saya pengin anak Papua bisa makan ikan kuah asam, saya pengin anak Sulawesi bisa makan kapurung," ujarnya.
Protes menu susu di MBG
dr Tan juga mengritik keras soal sajian susu kemasan di paket menu MBG. Sebab, susu kini menjadi bahan protein yang tidak begitu penting.
"Tidak banyak orang yang tahu bahwa etnik Melayu 80 persennya itu intoleran laktosa, termasuk saya, jadi Anda bisa bayangkan. Menurut Permenkes tahun 2014, udah sebelas tahun, lo, bisa dicatat dicari dokumennya. Kita itu udah keluar dari empat sehat lima sempurna. Saya nggak tahu apakah anggota dewan yang terhormat masih tahu itu," kata dr Tan.
"Kita udah lewat dari empat sehat lima sempurna. Susu adalah bagian dari protein hewan yang tidak penting banget, selama di situ ada telur, ikan, daging, negara kita kurang apalagi. Jadi kita nggak mungkin mengonsumsi susu sebagai bangsa Melayu. Akhirnya ada yang mencret," lanjutnya.
Artikel lainnya: 11 Poin Revisi UU BUMN: Berubah Jadi BP BUMN, Larangan Rangkap Jabatan