Seorang Ibu Meninggal Usai Ditolak Melahirkan di RSUD Subang, Ini Duduk Persoalannya

  • Arry
  • 7 Mar 2023 17:27
Ilustrasi hamil(@juanencalada/unsplash)

Seorang ibu bernama Kurnaesih, 39 tahun, meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit di Bandung. Hal itu terjadi usai warga Desa Buniara, Subang, Jawa Barat itu ditolak melahirkan di RSUD Subang.

Peristiwa itu terjadi pada Kamis, 16 Februari 2022. Saat itu Kurnaesih sempat dibawa suaminya, Juju Junaedi, ke RSUD Subang dengan didampingi bidan Desa Buniara. Namun, mereka ditolak dengan alasan ruangan penuh.

Bidan Desa Buniara bernama Euis mengisahkan, Juju dan istri datang ke tempat praktiknya sekitar pukul 18.30 WIB. Namun Kurniasih muntah-muntah. Euis menduga pasien akan melahirkan.

Khawatir dengan kondisi sang istri, Juju kemudian membawa Kurnaesih ke Puskesmas Tanjungsiang. Sesampainya di puskesmas, Kurniasih kembali muntah-muntah. Pihak puskesmas kemudian menghubungi RSUD Subang via telepon dan memberitahukan ada pasien yang akan dirujuk.

Baca juga
7 Makanan Penyubur Kandungan Agar Cepat Hamil

"Untuk memastikan kondisi pasien yang sebenarnya, saya dan bidan jaga puskesmas beserta keluarga langsung membawanya ke RSUD Subang menggunakan ambulans Puskesmas Tanjungsiang," kata Euis.

"Saat itu, pihak puskesmas memberi tahu pihak RSUD Subang via telepon bahwa akan ada pasien yang mau melahirkan dirujuk ke RSUD dan surat rujukan menyusul dan akan dibawa oleh pihak keluarga," tambah dia.

Menurut Euis, pasien dan suaminya kemudian berangkat ke RSUD Subang dengan menggunakan ambulans. Merkea tiba sekitar pukul 21.00 WIB dan langsung dibawa ke IGD.

"Di ruang IGD, pasien mendapat perawatan sebentar, kemudian langsung dibawa ke ruang PONEK (Ruangan Khusus Ibu Melahirkan)," jelasnya.

Baca juga
Seratusan Remaja di Ponorogo Hamil di Luar Nikah, Ini Reaksi Kemenkes

"Namun sayang, sesampai di ruang PONEK, perawat malah ngomong ruangan PONEK penuh dan ICU juga penuh dan silakan bawa pasien ke rumah sakit yang lain, tanpa ada pemeriksaan dari pihak perawat di ruang tersebut," jelasnya.

"Saya mencoba memohon agar dilakukan pemeriksaan kesehatan pasien dulu kepada perawat, agar kami tahu keadaan pasien bagaimana jika harus dilarikan ke rumah sakit yang lain," kata Euis.

"Namun, permohonan tersebut diabaikan pihak perawat seolah-olah tidak peduli kepada pasien," ujarnya.

Padahal, lanjut Euis, perawat bisa memberikan pertolongan terlebih dahulu dan memastikan kondisi pasien. "Tapi malah tetap dicuekin. Saat itu, saya minta tolonglah kepada para perawat cek dulu kesehatan pasien jauh-jauh saya bawa dari Tanjungsiang ke Subang hanya mendapat omongan rumah sakit penuh, bukannya diperiksa," jelas Euis.

Kecewa dengan tindakan perawat di RSUD Subang, Euis keudian berbicara dengan keluarga pasien untuk membawa ke rumah sakit di Bandung. Pihak keluarga pun menyetujuinya.

"Namun, tak menyangka, di tengah perjalanan pasien muntah lagi dan akhirnya pasien dan bayinya meninggal sebelum sampai ke rumah sakit," ujarnya.

"Jujur saya merasa malu sekaligus kecewa kita sama-sama berprofesi tenaga kesehatan, cobalah bekerja yang baik dan profesional, karena pekerjaan kita sama-sama menyelamatkan nyawa manusia," jelasnya.

Penjelasan Dinas Kesehatan Subang >>>

 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Subang, Jawa Barat, Maxi, meminta maaf atas peristiwa meninggalnya Kurniasih.

"Terkait kematian ibu dan bayinya di Tanjungsiang, saya secara pribadi maupun atas nama Dinas Kesehatan menyampaikan rasa berbelasungkawa dan keprihatinan yang dalam," kata Maxi.

Maxi menduga ada miskomunikasi saat kejadian berlangsung. "Semoga kejadian ini menjadi pelajaran penting dan berharga untuk mawas diri bagi seluruh pelayanan kesehatan agar mengutamakan profesionalisme, yang berempati dan nilai kemanusiaan," kata dia.

"Pasien yang kita tangani dan akan lahiran ini, adalah pasien yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Pasien sedang mengalami ketuban pecah, kemudian mutah darah," jelas dia.

Maxi menduga kondisi pasien yang muntah darah tersebut terjadi akibat riwayat tindakan pasien tersebut. Menurutnya, pasien sempat melakukan pijat perut.

"Dipijat perutnya oleh paraji (tukang urut orang hamil), sehingga bagi kami kalangan medis sangat mencurigai bahwa ini telah terjadi pelepasan plasenta yang sifatnya parsial sehingga kalau saya hitung dari mulai jam 16.30 sampai waktu meninggalnya itu sekitar jam 11.00 itu memakan waktu sekitar hampir enam atau tujuh jam," jelasnya.

"Pihak Dinkes dan RSUD Subang sudah bertemu dengan pihak Puskesmas Tanjungsiang yang didampingi anggota DPRD. Kita sepakat mengambil pelajaran dari kasus ini," ujarnya.

"Kita manusia banyak kekurangannya tapi yang terpenting bagaimana kita memperbaiki ke depannya, khususnya dalam hal memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait