BMKG: Hindari Paparan Matahari Langsung di Jam 10-16, Simak Alasannya

  • Arry
  • 20 Oktober 2025 06:09
Ilustrasi suhu panas di Indonesia(ist/ist)

Newscast.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di bawah sinar matahari langsung antara pukul 10.00 hingga 16.00. Apa alasannya?

Peringatan ini dikeluarkan BMKG seiring meningkatnya suhu udara di sejumlah wilayah di Indonesia. Fenomena ini terjadi akibat adanya peralihan musim dari kemarau ke hujan, di mana pemanasan permukaan bumi mencapai titik maksimum.

BMKG mencatat, ada sejumlah wilayah di Indonesia yang mengalami suhu udara tinggi, yakni:

  • Karanganyar, Jawa Tengah: 38,2 derajat Celcius
  • Majalengka, Jawa Barat: 37,6 derajat Celcius
  • Boven Digoel, Papua: 37,3 derajat Celcius
  • Surabaya, Jawa Timur: 37,0 derajat Celcius

Baca juga
BRIN Ungkap Temuan Mikroplastik dalam Air Hujan di Jakarta, Apa Bahayanya?

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan, kondisi ini dipengaruhi oleh gerak semu matahari yang saat ini berada di selatan ekuator. Artinya, wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan sedang menerima paparan radiasi matahari paling intens.

Suhu udara yang tinggi ini juga dipicu Monsun Australia yang membawa suhu udara kering yang meningkatkan sensasi panas di banyak daerah.

Guswanto menjelaskan, pada rentang waktu pukul 10.00–16.00, intensitas radiasi matahari berada pada titik tertinggi. Radiasi sinar ultraviolet (UV) pada jam-jam ini bisa menimbulkan efek langsung terhadap kesehatan kulit dan tubuh.

Dia pun menyarankan agar masyarakat menggunakan pelindung diri seperti payung, topi, hingga tabir surya. Hal ini untuk menghindari paparan langsung dari matahari.

“Perbanyak minum air putih untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan menurunkan suhu tubuh,” kata Guswanto dalam keterangannya.

"Kurangi aktivitas fisik berat di luar ruangan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis. Pantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, termasuk aplikasi InfoBMKG dan akun media sosial resminya," lanjutnya.

Guswanto menjelaskan, fenomena ini tergolong normal untuk periode pancaroba. Meskipun dampaknya terasa lebih ekstrem karena perubahan iklim global dan urbanisasi yang memperparah efek panas permukaan.

"Yang penting masyarakat tetap tenang, tetapi waspada. Pastikan kondisi tubuh terjaga, kurangi aktivitas di bawah matahari langsung, dan ikuti perkembangan cuaca dari sumber resmi," jelas Guswanto. 

Artikel lainnya: BRIN Ungkap Temuan Mikroplastik dalam Air Hujan di Jakarta, Apa Bahayanya?

Related Articles

Berita Terpopuler

Berita Pilihan