Pakar ITB Buktikan Asal Usul Gelondongan Kayu Saat Banjir Sumatera

  • Arry
  • 2 Desember 2025 17:51
Banjir bandang terjang Sumatera Utara(ist/ist)

Newscast.id - Video penampakan kayu gelondongan saat bencana banjir bandang di Sumatera menuai sorotan. Muncul perdebatan asal usul kayu tersebut.

Warganet menilai kayu-kayu tersebut berasal dari pembalakan hutan secara besar-besaran. Hal itu dilihat dari bentuk kayu yang seperti terpotong rapi.

Namun Kementerian Kehutanan berkata lain. Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) Kemenhut Dwi Januanto Nugroho menyatakan kayu-kayu gelondongan itu berasal dari pohon tumbang alami.

Pernyataan itu memicu perdebatan. Sebab volume dan kondisi kayu yang terbawa banjir itu terlihat rapi, tidak seperti pohon yang baru tumbang.

Baca juga
KDM Soroti Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera: Tak Ada Pohon Bunuh Diri Massal

Alif Hijriah, alumni Magister Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), mencari tahu asal usul kayu tersebut melalui pendekatan matematis.

Penjelasan ini dia unggah di akun media sosial miliknya @aaliftowew. Dalam video itu, Alif menjelaskan fenomena kayu hanyut tersebut memakai prinsip massa jenis, bentuk fisik kayu, hingga estimasi jumlah pohon yang rusak.

"Benda itu mengapung kalau massa jenisnya lebih kecil dari air. Air itu sekitar 1.000 kg per meter kubik," ujarnya Alif dikutip Selasa, 2 Desember 2025.

Dia menjelaskan, kayu yang sudah lama ditebang akan lebih ringan karena kadar airnya telah hilang. Hal ini akan menyebabkan kayu tersebut mengapung di air.

Sedangkan kayu yang baru ditebang atau baru tumbang dalam banjir justru lebih berat. Hal ini akan membuat kayu tersebut tenggelam atau mengambang di air.

"Kalau kita lihat di video, banyak kayu yang terapung penuh di permukaan. Ini lebih mirip kayu yang sudah lama ditebang, bukan baru tumbang,” jelas Alif.

Alif juga melihat keseragaman bentuk kayu yang hanyut. Menurutnya, hutan alami memiliki keragaman jenis dan bentuk pohon, termasuk adanya ranting, dahan, dan kulit kayu.

“Yang kita lihat itu potongannya rapi, bentuknya seragam, bersih tanpa dahan, bahkan kulitnya sudah terkelupas. Ini ciri kayu hasil tebang, bukan dari hutan alami yang tumbang mendadak,” ujarnya.

Baca juga
Ini Penyebab Banjir Bandang Terjang Aceh, Sumut Hingga Sumbar

Alif pun mencoba menghitung volume kayu. Dia menggunakan asumsi 3.000 batang kayu dengan diameter rata-rata 70 cm dan panjang 4 meter.

"Satu batang kayu volumenya sekitar 1,54 meter kubik," jelasnya Alif. Dari perkalian itu, dihasilkan volume kayu mencapai 4.620 meter kubik.

Dia kemudian membandingkannya dengan kondisi tipe hutan di Sumatera yang mayoritas berupa hutan sekunder. Hutan ini disebut memiliki kepadatan sekitar 80–200 pohon per hektare.

Menurutnya, jika 4.620 meter kubik kayu hanyut berasal dari hutan yang tumbang alami, maka luas hutan yang rusak diperkirakan mencapai 57,7–231 hektare.

"Kalau benar ini akibat longsor atau banjir alami, berarti ada area hutan seluas 80 lapangan sepak bola yang hilang sekaligus. Pertanyaannya: apakah ada longsor sebesar itu?” ujarnya.

Alif pun menegaskan, berdasarkan penghitungan itu, maka klaim kayu hanyut akibat pohon tumbang tidak sesuai dengan data yang terlihat. Berdasarkan massa jenis, bentuk potongan kayu, hingga volume totalnya, indikasi bahwa kayu tersebut merupakan hasil aktivitas penebangan sangat kuat.

"Data dan sains itu terang benderang. Tinggal kita mau lihat atau tidak," ujarnya.

Artikel lainnya: Ridwan Kamil Diperiksa KPK Soal Korupsi Bank BJB: Ini yang Saya Tunggu

Related Articles

Berita Terpopuler

Berita Pilihan