Tolak Ustaz Abdul Somad, Singapura Ungkap Ancaman Pendukung UAS: Sebut Tragedi 9-11

  • Arry
  • 24 Mei 2022 06:18
Ustaz Abdul Somad(@ustazabdulsomad_official/instagram)

Singapura kembali berkomentar terkait Ustaz Abdul Somad. Kali ini mereka menyatakan mendapat ancaman dari pendukung UAS hingga menyebut soal tragedi 9 September 2001 atau 9-11.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam. Menurutnya, ancaman itu terus diterima Singapura melalui media sosial. Namun, komentar-komentar di media sosial itu telah dihapus karena melanggar standar komunitas.

"Jika Anda mengabaikan peringatan kami, maka kami tidak akan ragu untuk mengusir duta besar negara Anda. Kami akan mengirimkan Pasukan Pembela Islam, Pasukan Keadilan Sejahtera dan Pasukan Pembela Ulama untuk menyerang negara Anda seperti 9/11 di New York 2001, dan kami juga akan mengusir warga Singapura yang berpura-pura transit dan tinggal di Indonesia," kata Shanmugam di laman Kementerian Dalam Negeri dikutip Selasa, 24 Mei 2022.

Baca juga
Ustaz Abdul Somad Unggah Gambar Singa: Senang Saat Tikus Rp Masuk, Muntah Gegara Ini

Shanmugam menilai ancaman terkait tragedi 9-11 terkait dengan warganya yang berada di Singapura maupun di Indonesia.

Untuk diketahui tragedi 9 September 2001 adalah peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat. Saat itu dua pesawat yang tengah dikuasai teroris menabrak gedung kembar World Trade Center di New York. Ribuan orang tewas dalam peristiwa tersebut.

Seain soal tragedi 9 September, Shanmugam juga mengungkapkan adanya ancaman yang membawa kata bom hingga rudal.

"Komentar lainnya, saya kutip, 'Singapura harus dibom lagi', 'Kami akan menghancurkan Singapura', 'Segera hancurkan para pemimpin yang tidak adil di muka bumi ini termasuk Singapura', 'Negara kecil, namun begitu sombong, hanya dengan satu rudal dan Anda sudah selesai'," ujarnya.

Baca juga
5 Negara Ini Juga Tolak Kedatangan Ustaz Abdul Somad, Ada yang Mencap UAS Teroris

Shanmugam mengatakan, aksi pendukung Ustaz Abdul Somad itu terus membanjiri kolom komentar halaman media sosial miliknya hingga instansi pemerintah Singapura. Tak hanya membanjiri kolom komentar, pendukung UAS juga melakukan serangan siber hingga pemboikotan.

"Pendukungnya telah menyerukan serangan siber di Singapura, di situs Pemerintah, akun media sosial, boikot produk Singapura, dan agar orang Indonesia berhenti mengunjungi Singapura, semua karena kami menggunakan hak kami untuk menolak seseorang masuk ke Singapura," ucapnya.

"Mereka menuntut Singapura meminta maaf karena tidak membiarkan Somad masuk. Dengan begitu, kami akan meminta maaf kepada banyak orang yang kami tolak masuk. Dan banyak negara di dunia, secara teori, seharusnya meminta maaf," ucapnya.


Ustaz Abdul Somad klaim dideportasi Singapura >>>

 

Ustaz Abdul Somad sebelumnya mengaku dideportasi dari Singapura saat hendak berlibur di negara itu pada 16 Mei 2022. Saat itu, UAS tengah bersama rombongan keluarga dan sahabat.

Ustaz Abdul Somad mengaku sempat dipenjara di ruang 1X2 meter sebelum dikembalikan ke Indonesia.

Singapura beralasan Abdul Somad bukan dideportasi, melainkan ditolak masuk ke negaranya.

"Somad dikenal sebagai penceramah ekstremis dan mengajarkan segregasi, yang tidak dapat diterima dalam masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura. Misalnya, Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi 'syahid'," tulis Kemendagri Singapura.

Baca juga
Mengaku Dideportasi, Ustaz Abdul Somad Ungkap Kronologinya

Ustaz Abdul Somad pun sudah menjawab soal tudingan Singapura itu.

"Tentang masalah-masalah kontroversial yang pernah ditujukan ke saya semuanya sudah diklarifikasi. Tinggal tulis saja di youtube 'klarifikasi UAS'," kata Ustaz Abdul Somad di kanal YouTube Refly Harun.

"Setelah itu tulis masalahnya. Masalah tentang martir bunuh diri. Itu konteks di Palestina ketika tentara Palestina tidak punya alat apa pun untuk membalas serangan Israel dan itu bukan pendapat saya, saya menjelaskan pendapat ulama," jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait