Jokowi Mau Longgarkan PPKM Darurat, WHO Minta Diperketat

  • Arry
  • 23 Jul 2021 09:46
Virus Corona Varian Delta(Thor Deichmann/pixabay)

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO meminta pemerintah Indonesia memperketat pembatasan kegiatan untuk menahan laju virus Covid-19. Permintaan ini disampaikan dua hari usai Presiden Joko Widodo berencana melonggarkan aturan PPKM pada 26 Juli 2021.

WHO menyatakan, saat ini langkah penting yang harus dilakukan Indonesia adalah memberlakukan pembatasan kegiatan lebih ketat. Tindakan mendesak lain juga perlu dilakukan 13 provinsi yang kasus coronanya melonjak tajam.

"Indonesia kini menghadapi tingkat penularan sangat tinggi dan ini menunjukkan pentingnya menerapkan langkah sosial dan kesehatan lebih ketat, terlebih pembatasan pergerakan di seluruh negara," kata laporan situasi WHO seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 23 Juli 2021.

Data WHO menunjukkan tingkat positif harian di Indonesia rata-rata 30 persen. Jumlah di atas 20 persen berarti sangat tinggi.

WHO mencatat seluruh provinsi di Indonesia memiliki tingkat penularan di atas 20 persen. Hanya satu provinsi yang di bawah 20 persen, yaitu Aceh dengan angka 19 persen.

[Baca Juga: PPKM Darurat Diperpanjang, Pengetesan Covid-19 Terus Turun]

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 per 22 Juli 2021, terdapat penambahan 49.509 kasus baru Covid-19. Sementara pasien sembuh bertambah 36.370 kasus. Dan pasien yang meninggal dunia bertambah 1.449 kasus.

Total kasus positif Corona secara kumulatif sejak Maret 2020 hingga hari ini berjumlah 3.033.339 kasus dan pasien kasus sembuh secara kumulatif sebanyak 2.392.923. Sementara itu tercatat pasien Corona yang meninggal di RI mencapai 79.032 orang.

 

Indonesia Juara Peningkatan Kasus Covid-19

Berdasarkan Pembaruan Epidemiologi Mingguan, WHO menyebutkan dalam periode 12-18 Juli 2021 ada 3,4 juta kasus baru COVID-19 dunia. Angka ini memperlihatkan terjadi kenaikan sekitar 12 persen dibanding pekan sebelumnya.

Kenaikan kasus sekitar 30 persen ada di wilayah Pasiifik Barat dan 21 persen kenaikan kasus di Eropa.

Kenaikan kasus terbanyak dilaporkan dari Indonesia yakni sebanyak 350.273 kasus. Ini artinya dalam pekan 12-18 Juli 2021 terjadi kenaikan kasus 44 persen mengutipChannel News Asia.

Lalu disusul Inggris (296.447 kasus, naik 41 persen) dan Brazil (287.610, turun 14 persen).

WHO memprediksi ada empat penyebab kenaikan kasus secara global. Pertama, penularan dari varian virus yang lebih cepat menular. Kedua, relaksasi di masyarakat, disusul peningkatan aktivitas sosial, dan sejumlah besar orang belum divaksin.

WHO juga mengatakan bahwa saat ini varian Delta jadi strain virus yang dominan dalam penularan COVID-19.

Varian yang pertama kali dideteksi di India ini, saat ini sudah terdapat di 134 negara. Dan, sekitar 75 persen kasus di beberapa negara karena varian in.

"Diprediksi varian Delta akan menjadi garis keturunan yang dominan beredar selama beberapa bulan mendatang," kata WHO.

Bukan tidak mungkin dalam waktu dekat kasus COVID-19 mencapai angka akumulasi 200 juta. Saat ini, akumulasinya adalah 191,1 juta

"Diperkirakan akumulasi kasus global bakal mencapai 200 juta kasus dalamtiga minggu ke depan," kata WHO.

 

Dampak pandemi pada kesehatan mental

Dalam kesempatan itu, WHO juga memperingatkan dampak kesehatan mental dari pandemi yang terjadi akan berjangka panjang dan luas.

Kecemasan seputar penularan virus, dampak psikologis dari penguncian dan isolasi diri, telah berkontribusi pada krisis kesehatan mental, bersama tekanan terkait pengangguran, masalah keuangan, dan keterasingan sosial.

“Dampak kesehatan mental dari pandemi ini akan berjangka panjang dan berjangkauan luas,” tulis WHO seperti dikutip dari CNA, Jumat (23/7).

Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge menyampaikan, kesehatan mental harus dianggap sebagai hak asasi manusia yang mendasarkan.

Ia menegaskan, pandemi memang telah menghancurkan kehidupan.

Seperti diketahui, lebih dari 4 juta melayang akibat infeksi corona, mata pencaharian hancur, keluarga dan komunitas terpisah, hingga bisnis-bisnis bangkrut selama pandemi berlangsung.

WHO menyerukan adanya penguatan layanan kesehatan mental secara umum dan peningkatan akses ke perawatan tersebut melalui teknologi.

Selain itu, didesak diberikannya layanan dukungan psikologis yang lebih baik di sekolah, universitas, tempat kerja, dan orang-orang garda depan melawan Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait