Penelitian NASA: Pulau Reklamasi dan Jakarta Bakal Tenggelam

  • Arry
  • 18 Jul 2021 16:06
Kota Jakarta(Sopan Sopian/pixabay)

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration alias NASA mengungkapkan pulau-pulau reklamasi dan Kota Jakarta akan tenggelam dalam beberapa waktu ke depan.

Hal tersebut diungkapkan NASA berdasarkan riset dan penelitian yang sudah dilakukan sejak 1990 hingga 2019. Prediksi ini ditulis NASA di laman resminya pada pertengahan 2021.

Dalam risetnya itu, NASA menyebut banyak faktor yang menyebabkan Jakarta tenggelam. Seperti perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air tanah.

"Dengan meningkatnya suhu global dan pencarian lapisan es, banyak kota pesisir menghadapi risiko banjir yang semakin besar. Itu dikarenakan kenaikan permukaan air laut," tulis NASA.

Foto Jakarta Diambil tahun 1990 (NASA)

Rata-rata permukaan laut global naik sebesar 3,3 milimeter per tahun. Sudah begitu, hujan semakin intens dengan atmosfer yang makin memanas.

Itu ditambah dengan penyedotan air tanah tanpa ampun dengan pompa air. Data menunjukkan, sekitar 40 persen luas tanah Jakarta berada di bawah permukaan laut saat ini.

"Pompa air tanah menyebabkan tanah tanah tenggelam atau surut dengan kecepatan tinggi," begitulah keterangan yang dibuat NASA.

Turunnya permukaan tanah Jakarta juga dipercepat oleh urbanisasi, perubahan fungsi lahan, dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.

Menyempit atau tersumbatnya saluran sungai dan kanal oleh sedimen dan sampah juga turut mempercepat penurunan tanah Jakarta.

NASA juga menampilkan dua foto satelit kota Jakarta yang diambil dengan jarak waktu yang berbeda. Foto pertama diambil pada tahun 1990 dan kedua tahun 2019. Dalam foto dari NASA itu menampilkan wajah Jakarta selama satu dekade belakangan.

Foto Jakarta Diambil tahun 2019 (NASA)

Dokumen foto itu menjadi bukti perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan penduduk telah memperburuk masalah kota Jakarta. Dengan populasi wilayah kota lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020, lebih banyak orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi.

Selain itu, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan air.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait