4 Fakta yang Patut Diketahui dari Varian Baru Omicron Afsel: 500 Kali Lebih Menular

  • Arry
  • 27 Nov 2021 10:58
Virus Corona(geralt/pixabay)

Varian baru virus Corona kembali muncul. Varian ini terdeteksi pertama kali di Afrika Selatan. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menamakan varian B.1.1.529 itu dengan nama varian Omicron.

WHO kini telah memasukkan varian Omicron itu dalam klasifikasi varian yang menjadi perhatian atau variant of concern. Hal ini lantaran varian Omicron memiliki karakteristik yang mengkhawatirkan.

"Yang kita ketahui sekarang adalah varian ini memiliki jumlah mutasi yang besar. Dan yang dikhawatirkan adalah, ketika varian memiliki banyak mutasi itu dapat berpengaruh pada cara virus berperilaku," kata Kepala Penasihat Teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove dikutip dari akun Twitter WHO.

"Setelah pertemuan WHO TAG-VE (Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution) hari ini, WHO mengklasifikasikan B.1.1.529 sebagai varian yang menjadi perhatian bernama Omicron," kata Kerkhove.

Berikut fakta Varian Omicron:

1. Risiko infeksi ulang

WHO menyatakan, berdasarkan bukti awal, menunjukkan varian B.1.1.529 meningkatkan risiko infeksi ulang Covid-19 dibandingkan dengan VOC (variant of concern) lainnya.

Jumlah kasus varian ini tampaknya meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan, terbukti dari diagnostik PCR SARS-CoV-2 yang terus mendeteksi varian ini.


2. Ditemukan di Afrika Selatan

WHO menyatakan varian Omicron pertama kali dilaporkan Afrika Selatan pada 24 November 2021. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kasus Covid yang dilaporkan.

Dari laporannya, terdeteksi berkembang varian B.1.1.529. Kasus ini pertama kali terkonfirmasi pada spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021.


3. Rekomendasi WHO

WHO telah merekomendasikan seluruh negara melakukan langkah mitigasi munculnya varian Omicron ini. Yakni:

  • meningkatkan upaya pengawasan dan pengurutan genom untuk lebih memahami varian SARS-CoV-2 yang beredar.
  • mengirimkan urutan genom lengkap dan metadata terkait ke database yang tersedia untuk umum, seperti GISAID.
  • melaporkan kasus/cluster awal yang terkait dengan infeksi VOC ke WHO melalui mekanisme IHR.
    melakukan penyelidikan lapangan dan penilaian laboratorium untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak potensial VOC pada epidemiologi COVID-19, tingkat keparahan, efektivitas tindakan kesehatan masyarakat dan sosial, metode diagnostik, respons imun, antibodi netralisasi, atau karakteristik lain yang relevan

WHO juga kembali mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu mengenakan masker, menjaga kebersihan tangan, menjaga jarak, meningkatkan ventilasi ruang dalam ruangan, menghindari kerumunan, dan mendapatkan vaksinasi.


4. Tingkat penularan 500 kali lebih tinggi

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyatakan varian Omicron ini disebut memiliki potensi penularan yang lebih tinggi. Selain itu, varian Omicron juga bisa menjelma menjadi super varian.

“Artinya itu kan memengaruhi kecenderungan dia (B.1.1.529) cepat menular,” kata Dicky.

"Varian Omicron langsung menjadi variant of concern ini adalah pertanda sangat serius, karena umumnya yang baru-baru itu jadi variant of interest atau varian under investigation," ujarnya.

"Tapi ini langsung lompat, dan ini menjadi satu-satunya varian baru yang langsung menjadi varian mengkhawatirkan. Inilah yang salah satu mendasari kenapa saya juga memprediksi ada gelombang berikutnya, dalam hal ini, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia," sambung dia.

Dicky menjelaskan, tingkat penularan varian Omicron di Afrika Selatan meningkat sangat tajam. Dalam tiga minggu terakhir, tingkat possitivity rate meningkat dari 1 persen menjadi 30 persen.

“Ini satu tanda yang sangat serius. Karena kalau cepat menular ia akan cepat memberikan beban untuk fasilitas kesehatan termasuk perawatan ICU maupun kematian seperti halnya gelombang kedua kemarin,” kata Dicky.

"Kalau diibaratkan Delta itu 100 persen kecepatannya, lebih cepat daripada virus liar yang di Wuhan, ini kemungkinan bisa sampai 500 persen," beber dia.

"Ini potensinya kalau yang saya hitung daripada varian Wuhan, karena begitu cepat, ini sekali lagi dunia dalam kondisi yang sangat rawan termasuk Indonesia," pesan Dicky.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait