Siti Fadilah Supari Usul Jokowi dan Jajarannya Disuntik Vaksin Nusantara

  • Arry
  • 5 Agt 2021 18:47
Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari(istimewa/istimewa)

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyarankan agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi segera disuntik Vaksin Nusantara. Vaksin ini adalah vaksin yang digarap mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.

"Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, pak Jokowi seharus segera menjadi prioritas," kata Siti Fadilah dalam keterangannya, Kamis (5/8/2021).

Menurutnya, saat ini sejumlah pimpinan lembaga negara sudah diberi Vaksin Nusantara. Siti Fadilah menyebut Ketua DPRD La Nyala Mataliti dan Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko sudah disuntik Vaksin Nusantara.

Selain Presiden, Siti Fadilah menilai sebaiknya semua pejabat tinggi mulai dari kalangan menteri, Panglima TNI, dan Kapolri harusnya segera menyusul menerima Vaksin Nusantara.

"Karena sebagai pembantu andalan Presiden, mereka tidak cukup terlindungi dari mutasi virus seperti Delta kalau hanya mengandalkan vaksin konvensional," ujarnya.

Alasan Presiden Jokowi dan jajarannya disuntik vaksin Nusantara karena vaksin konvensional yang pernah diberikan kepada Presiden adalah produk awal yang kemungkinan besar sudah tidak bisa menghadapi berbagai virus Corona yang bermutasi terus.

"Jangan sampai terlambat. Karena sudah terlalu banyak kasus walaupun sudah divaksin Sinovac seperti pak Jokowi, seseorang tetap bisa terpapar Covid-19 yang saat ini terus bermutasi. Seperti varian Delta yang sangat cepat menyebar diberbagai negara termasuk di Indonesia," jelas Siti.

Vaksin Nusantara yang dipelopori oleh Dokter Terawan menurut Siti Fadilah sudah membuktikan keampuhannya sampai tahap uji klinis fase 2 dan akan segera masuk fase 3.

"Oleh karena itu, Presiden Jokowi sebagai orang nomor satu seharusnya segera dilindungi dengan vaksin nusantara untuk menutupi kelemahan vaksin konvensional," ujarnya.

Dalam keadaan darurat saat ini, aspek manfaat menurutnya lebih penting dari semua syarat birokrasi penelitian seperti yang disyaratkan BPOM dan beberapa orang ahli.

"Dengan hasil uji klinis 1 dan 2 yang memuaskan, pemberian vaksin nusantara pada Presiden Jokowi tidak perlu menunggu sampai selesai fase 3. Karena varian delta menyebar lebih cepat dan bisa menyasar siapa saja," ujarnya.

Selanjutnya Apa itu Vaksin Nusantara?

 

Apa itu Vaksin Nusantara

Pengembangan Vaksin Nusantara dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), RSUP Dr. Kariadi Semarang, dan Universitas Diponegoro (Undip).

Tim Peneliti Vaksin Nusantara FK Undip/RSUP Dr. Kariadi, Yetty Movieta Nency, mengatakan, pembuatan Vaksin Nusantara melalui sejumlah tahap, Pertama, pengambilan darah dari tubuh seorang subjek atau pasien. Selanjutnya, darah tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan antara sel darah putih dengan sel dendritik atau sel pertahanan (bagian dari sel darah putih).

Sel ini mampu mengenali virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2. Kedua, setelah sel berhasil dikenalkan dengan virus corona, maka sel dendritik akan kembali diambil untuk disuntikkan ke dalam tubuh pasien yang sama dalam bentuk vaksin.

Proses pengambilan darah, pemeriksaan di laboratorium, hingga menjadi vaksin yang siap disuntikkan membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Harapannya, vaksin ini memilki kekebalan atau antibodi yang baik dalam melawan virus corona.

Selain itu, bahan baku pengolahan Vaksin Nusantara cukup mudah dan bisa dikirim ke beberapa fasilitas kesehatan. Harga Harga satu Vaksin Nusantara disebut sekitar 10 dollar AS atau sekitar Rp 144.000. Harga ini tidak selisih jauh dengan harga vaksin pada umumnya.

Mengenai efek samping, berdasarkan laporan dari 27 subjek yang menerima vaksin, diklaim tidak ada yang mengalami efek samping dengan tingkat sedang atau berat. Yetty mengungkapkan, efek samping vaksin ini dalam uji tahap 1 semuanya tergolong ringan.

Ada 2 kelompok dari efek samping Vaksin Nusantara yakni sistemik dan lokal. Efek samping sistemik yakini adanya keluhan berupan nyeri otot, nyeri sendi, lemas, mual, demam, dan menggigil yang dilaporkan oleh 20 subjek.

Tujuh orang lainnya tidak mengalami efek samping seperti yang disebutkan. Sementara, efek samping lokal yakni berupa nyeri lokal, kemerahan, pembengkakan, penebalan, serta gagal pada titik suntik. Adapun efek samping ini disampaikan oleh 8 subjek, sedangkan 19 subjek lain tidak mengalaminya.

Hal berbeda disampaikan Juru Bicara Satgas Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menyatakan Vaksin Nusantara adalah vaksin yang dikembangkan di Amerika dan diujicobakan di Indonesia.

Sedangkan BPOM menyoroti peran peneliti asing dari AIVITA Biomedical yang lebih mendominasi jalannya riset. Transfer teknologi hanya dilakukan dengan memberi kesempatan beberapa staf RS Dr Kariadi untuk melihat beberapa proses pengembangan vaksin dendritik.

Bahkan menurut BPOM, kepemilikan paten dan metode pembuatan dalam uji klinis vaksin nusantara juga dimiliki oleh AIVITA Biomedical. Demikian juga berbagai komponen pembuatan vaksin, mulai dari antigen hingga medium pembuatan sel, semuanya import dari Amerika Serikat.

Apakah ada larangan mengembangkan vaksin dengan bahan-bahan dari luar negeri dan melibatkan peneliti asing? Tentu saja tidak ada larangan, selama prosesnya taat pada kaidah keilmuan sebagaimana disyaratkan BPOM.

"Pada prinsipnya semua vaksin yang akan diberikan pada masyarakat harus mendapatkan izin dari Badan POM, terutama dalam aspek keamanan efikasi dan kelayakan. Selama memenuhi kriteria, pemerintah akan memberikan dukungan," kata Prof Wiku.

"Diharapkan tim pengembang vaksin Nusantara dapat berkoordinasi dengan baik dengan BPOM agar isu yang ada terkait vaksin ini dapat segera terselesaikan," pesannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait