Newscast.id - Materi stand up komedi yang dilontarkan Pandji Pragiwaksono menyulut kemarahan warga Toraja, Sulawesi Selatan. Materi komika terkait adat Toraja dinilai tidak pantas dijadikan bahan candaan.
Dalam video yang beredar, Pandji menyebut banyak warga Toraja tetiba jatuh miskin usai menggelar pesta kematian. Menurutnya, masyarakat Toraja terlalu memaksakan diri menggelar pesta tersebut.
Selain itu, Pandji juga menyinggung soal tradisi di Toraja yang membiarkan jenazah anggota keluarga mereka terbaring di ruang tamu. Sebab akan membuat tamu berasa seram.
"Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya," ujar Pandji dalam video viral tersebut.
Baca juga
Kerap Kritik Pedas Pemerintah, Komika Bintang Emon Ungkap Sosok Bekingan
"Banyak yang nggak punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor," lanjut Pandji disambut tawa penonton.
Reaksi Masyarakat Toraja Indonesia
Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) geram akan materi candaan Pandji. Sebab, candaan itu justru akan melukai hati masyarakat Toraja.
"Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon," kata Ketua PMTI Makassar, Amson Padolo, dalam keterangannya.
Menurutnya, ada dua hal dalam materi stand up Pandji yang melukai. Pertama, pernyataan Pandji soal masyarakat Toraja jatuh miskin karena pesta adat.
"Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung," imbuh Amson.
Baca juga
Hadir di Desak Anies, Najwa Shihab Jadi Korban Pelecehan Komika Felixius Seda
Amson menjelaskan, tradisi menyimpan jenazah tidak dilakukan sembarangan oleh masyarakat Toraja. Warga biasanya menyimpan jenazah di ruang khusus, bukan ruang tamu seperti yang dilontarkan Pandji.
Amson menjelaskan, jenazah yang disimpan di ruang khusus itu dilakukan karena pihak keluarga belum memiliki rencana menggelar Rambu Solo atau upacara kematian khas Toraja.
"Sementara, kalau keluarga memang belum mampu, akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV," imbuhnya.
"Esensi Rambu Solo itu penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah meninggal. Ini adalah bentuk akulturasi antara ajaran Aluk Todolo dan nilai kekristenan. Bukan soal pesta atau kemewahan, tapi rasa hormat dan cinta kasih," tuturnya.
"Pandji seharusnya memahami konteks ini sebelum melontarkan candaan yang justru melukai perasaan banyak orang," imbuhnya.
Amson pun mendesak Pandji meminta maaf atas materi candaan yang menyinggung masyarakat Toraja.
"Kami menuntut Pandji meminta maaf secara terbuka. Ini bukan hanya soal satu suku, tapi pelajaran bagi semua pihak agar tidak seenaknya mempermainkan budaya orang lain, sekalipun dalam konteks humor," imbuh Amson.
"Tidak semua hal bisa dijadikan bahan tertawaan. Bagi kami, ini bukan lucu, ini menyakitkan. Apalagi diucapkan oleh publik figur," pungkasnya. 
Artikel lainnya: Peringatan Dini BMKG 4 November 2025 Jabodetabek: Waspada Hujan Lebat-Angin Kencang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News