Jejak Letjen Dudung: Lantang Pembubaran FPI Hingga Polemik Patung Soeharto

  • Arry
  • 17 Nov 2021 12:38
Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman(tni ad/tni.mil.id)

Polemik Raibnya Patung Soeharto di Markas Kostrad

Letjen Dudung juga pernah 'dipusingkan' oleh hilangnya patung Presiden ke-2 RI, Soeharto, di markas Kostrad. Selain patung Soeharto patung Jenderal AH Nasution, dan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo.

Ketiga patung itu raib dari Museum Dharma Bakti Markas Kostrad.

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengaitkan hilangnya ketiga patung tersebut dengan masuknya paham komunisme ke tubuh Kostrad.

Baca Juga
Pangkostrad: Soal Patung Soeharto-Nasution Raib, Gatot Harus Tabayyun

Mengenai tudingan dari seniornya itu, Dudung mengakui ketiga patung tersebut sudah tidak lagi berada di Markas Kostrad. Menurutnya, ketiga patung tersebut dibongkar oleh Mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

"Letnan Jenderal TNI (purn) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan," sambung Haryanta.

Baca Juga
Gatot Nurmantyo Sebut Patung Soeharto-Nasution Raib, Ini Kata Kostrad

Dudung Abdurachman sendiri angkat bicara terkait pembongkaran patung itu. Dudung menyebut Azmyn Yusri Nasution merasa berdosa karena membuat patung Soeharto dkk.

"Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," tutur Dudung.

Baca Juga
Kenapa Kostrad Izinkan Eks Pangkostrad Ambil Patung Soeharto-Nasution?

Dudung menepis jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G30S-PKI. Dudung menegaskan pihaknya tak pernah melupakan peristiwa itu.

"Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S-PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," kata Dudung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait