Tradisi Unik Masyarakat Jawa Sambut 1 Suro

  • Arry
  • 10 Agt 2021 06:12
Ilustrasi Bulan(@dayamay/pixabay.com)

Sedekah laut

Tradisi sedekah laut juga biasa dilakukan saat bulan Suro. Biasanya dilakukan warga di sekitar pantai Baron dan Kukup, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta.

Sedekah Laut di pantai Baron dimulai dengan kenduri yang diikuti warga yang mencari rezeki di sekitar pantai.

Masyarakat kemudian membawa makanan, gunungan yang berisi hasil bumi, ayam hitam, dan kepala kambing untuk dilarung di laut.

Baca Juga:
Tangisan Abu Bakar dan Umar Saat Alquran Dilantunkan


Kirab Suro

Tradisi ini biasa digelar Keraton Kasunanan Surakarta. Pada saat kirab, kerbau bule dan benda pusaka milik Keraton dikeluarkan.

Prosesi kirab biasa dimulai menjelang tengah malam, diawali dari Keraton kemudian arak-arakan melintasi jalan protokol Kota Solo dan kembali ke Keraton Solo.

Ratusan orang yang berkumpul khusuk saat menunggu kerbau milik keraton melintas. Setelah itu, mereka berebut sesaji. Bagi sebagian warga, sesaji pada malam satu Suro dipercaya bisa memberikan keselamatan dan berkah.

Baca Juga:
Apakah Bermain dan Dengarkan Musik Haram? Ini Pandangan Dalam Islam


Tapa Bisu

Tapa bisu adalah tradisi yang dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta yang digelar setiap malam 1 Suro, sesuai penanggalan kalender Jawa.

Tapa bisu dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta di malam 1 Suro tanpa berbicara.

Tradisi mubeng beteng (keliling benteng) tanpa berbicara ini diprakarsai oleh Sultan Agung, Raja Mataram Islam pertama yang juga mencetuskan sistem penanggalan Jawa.

Dulunya, ritual ini dilakukan oleh para prajurit Keraton. Tidak sekadar tradisi, tapi kegiatan tersebut juga dalam rangka mengamankan lingkungan Keraton karena saat itu belum ada benteng yang mengitari lingkungan Keraton.

Sebagai tradisi, mubeng beteng tidak mengalami perubahan sejak pertama kali dilakukan. Ritual tersebut memutar dimulai dari sisi kiri atau barat Keraton, arah ini sesuai falsafah Jawa.

Kiri dalam bahasa Jawa berarti kiwo, yang berarti tujuan mubeng beteng adalah ngiwake atau membuang hal-hal buruk.

Demikian tradisi masyarakat dalam memperingati 1 Muharram atau 1 Suro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait