Kisah Doni Amansyah Gagal Jadi Paskibraka Nasional, Posisinya Diganti Anak Polisi

  • Arry
  • 20 Jul 2023 06:54
Pasukan pengibar bendera pusaka atau Paskibraka Nasional(setneg/setneg.go.id)

Seorang ibu asal Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Samsuani, kecewa karena anaknya gagal jadi pasukan pengibar bendera pusaka alias Paskibraka tingkat nasional. Posisinya digeser oleh anak pejabat polisi.

Kisah itu dituliskan Samsuani di media sosial Facebook. Dalam unggahannya, Samsuani menyebut anaknya yang bernama Doni Amansyah, sudah terpilih menjadi Paskibra Tingkat Provinsi.

Di saat hendak berangkat ke Jakarta, Doni gagal berangkat. Posisinya tiba-tiba diganti oleh anak salah satu pejabat polisi.

"Setelah seleksi di tingkat provinsi di bulan Mei, alhamdulillah dia (Doni) diumumkan dan dinyatakan untuk perwakilan Paskibraka Nasional, dan setelah tiga hari pembekalan dan akan diberangkatkan besok, ternyata di luar dugaan (posisi Doni terganti)" tulis Samsuani dalam unggahan yang viral.

Samsuani kecewa atas putusan tersebut. Namun dia pasrah dan menerimanya. Meski gagal berangkat ke Jakarta, Doni akan tetap mengibarkan bendera pada 17 Agustus di tingkat provinsi.

    Doni Amansyah, pelajar asal Sulawesi Tenggara gagal lolos ke seleksi Paskibraka nasional karena diduga digeser oleh anak perwira polisi

Penjelasan Kesbangpol Sultra

Kesbangpol Sultra buka suara soal viralnya anggota Paskibraka Nasional yang diganti saat hendak diberangkatkan ke Jakarta.

"Tidak pergantian, seleksi sudah sesuai mekanisme dan juga SK Gubernur," tegas Kepala Kesbangpol Sultra, Harmin Ramba.

Baca juga
Kisah Bapak Paskibraka Robek Bendera Merah Putih Demi Hindari Kejaran Belanda

Menurutnya, sebanyak 75 peserta telah mengikuti proses seleksi di tingkat provinsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 52 dinyatakan lolos. Kemudian, dari 52 siswa itu kembali mengikuti seleksi lanjutan. Dan hasilnya, keluar 4 nama yang terbaik.

Mereka adalah Doni Amansa utusan SMA Negeri 1 Unaaha Konawe, Nadira Syalvallah utusan SMA Negeri 2 Baubau, Wiradinata Setya Persada dan Aini Nur Fitriani utusan SMA Negeri 1 Baubau.

"Dari 52 nama itu luluslah 4 terbaik dan diumumkan, tapi tidak ada perangkingan (saat diumumkan)," jelas Harmin.

Menurutnya, saat itu belum ada perangkingan. Sebab, surat keputusan Gubernur Sultra terkait penetapan 2 pelajar terbaik dan akan mewakilkan Sultra belum dikeluarkan. Panitia pun menunggu SK dari Gubernur Sultra Ali Mazi.

"Karena kita menunggu surat keputusan gubernur untuk kita umumkan resmi melalui SK," ujarnya.

Harmin mengklaim, keluarga Doni dan pendampingnya dari Kabupaten Konawe salah persepsi melihat pengumuman 4 besar terbaik. Menurutnya, nama-nama yang lolos diurutkan berdasarkan abjad, bukan nilai.

"Yang dipersepsikan pendamping Konawe Doni disebut pertama sudah dia nomor 1, itu tidak. Kita umumkan berdasarkan abjad. Itu sudah disampaikan bahwa di antara 4 ini akan diterima 2 terbaik," ungkapnya.

"Disampaikan waktu itu tidak ada rangking 1 dan 2, inti atau cadangan. Tidak ada (sampaikan inti dan cadangan), itu fitnah (dituduh sampaikan inti dan cadangan)," lanjutnya.

Harmin pun menjelaskan, berdasarkan penilaian, Nadira Syalvallah dan Wiradinata Setya Persada dinyatakan lolos mewakili Sultra pada Paskibraka Nasional.

"Saya minta maaf, sampai depan presiden pun saya akan tanggungjawab, karena tidak ada permainan. Demi Allah, demi Rasulullah, tidak ada permainan. Saya jamin tidak ada permainan," tegasnya.

Artikel lainnya: Bertemu Prabowo Subianto, Budiman Sudjatmiko Bakal Diperiksa PDIP

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait