Kisah Bapak Paskibraka Robek Bendera Merah Putih Demi Hindari Kejaran Belanda

  • Arry
  • 17 Agt 2022 11:42
Upacara pengibaran perdana Bendera Merah Putih(anri/anri.go.id)

Nama Husein Mutahar tidak hanya dikenal sebagai tokoh pencipta lagu perjuangan. Namun, sosoknya sangat berjasa menyelamatkan bendera pusaka Merah Putih yang dijahit istri Bung Karno, Fatmawati.

H Mutahar bahkan sempat menyobek, memisahkan bendera warna merah dan putih. Tujuannya untuk menghindari penyitaan dari Belanda yang saat itu kembali menggempur Indonesia lewat agresi militer untuk kedua kalinya pada 1948.

Hal ini dikisahkan Soekarno dalam buku Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat karya Cindy Adams.

“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku ini. Dengan ini, aku memberikan tugas ini kepadamu secara pribadi. Dalam keadaan apapun, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga bendera ini dengan nyawamu,” kata Sukarno kepada Husein Mutahar.

Baca juga
Bendera Merah Putih, Ini Beda Milik Indonesia dan Monako

"Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," kata Bung Karno saat itu.

"Jika Tuhan mengizinkannya, engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali pada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek," kata Soekarno seperti dikutip dari buku tersebut.

Saat itu Belanda melancarkan agresi militer ke wilayah Yogyakarta, yang menjadi ibu kota sementara. Saat itu, Yogyakarta dikepung Belanda yang dipimpin Van Mook.

Di tengah serangan Belanda itu, H Mutahar yang dibantu Perna Dinata menyobek bendera itu dan memisahkan kain warna merah dan putih. Dengan menggunakan jarum, mereka membuka benang jahitan bendera yang dijahit Fatmawati itu. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyitaan oleh Belanda.

Dalam tempo singkat, Yogyakarta dengan mudah diduduki Belanda. Pangkalan Udara Maguwo direbut pasukan Belanda. Markas Komando Militer Indonesia dibom.

Baca juga
Sempat Dibuang Soekarno, Begini Sejarah Naskah Proklamasi

Soekarno dan Bung Hatta kemudian ditahan Belanda. Mereka kemudian diasingkan ke Pulau Bangka.

Beruntung H Mutahar berhasil lolos dari penahanan. Dia melarikan diri dan menuju Jakarta. Di Jakarta, Mutahar sempat menginap di rumah Sutan Sjahrir dan di rumah Kapolri pertama, Sukanto Tjokrodiatmodjo.

Setelah Agresi Militer Belanda usai pada 1949, Bung Karno dan Bung Hatta kemudian kembali ke Yogyakarta dari tempat pengasingan.

Kain merah dan putih itu kemudian dijahit kembali dan bisa dikibarkan pada peringatan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1949. Bendera yang sempat dipisah itu kembali berkibar di Gedung Agung Yogyakarta.

Atas jasanya ini, Husein Mutahar pun diganjar dengan anugerah Bintang Mahaputera karena jasanya dalam menyelamatkan Sang Saka Merah Putih.


Bapak Paskibraka Indonesia

Peran H Mutahar tak berhenti di situ. Dia adalah sosok yang menyusun tata cara pengibaran Bendera Merah Putih saat peringatan Kemerdekaan Indonesia.

Mutahar, sebagai salah seorang ajudan Soekarno, saat itu diberi tugas menyusun upacara bendera untuk memeringati HUT pertama Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1946.

Baca juga
Daftar 5 Negara yang Pertama Kali Akui Kemerdekaan Indonesia

H Mutahar kemudian merancang konsep Pasukan Pengibar Bendera Pusaka alias Paskibraka. Menurutnya, pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah di Indoensia.

Saat itu dia memilih lima pemuda yang terdiri dari tiga pria dan dua perempuan, yang berdomisili di Yogyakarta sebagai wakil daerah mereka.

Saat era Presiden Soeharto, H Mutahar juga menyusun konsep tata cara pengibaran Bendera Pusaka. H utahar kemudian membagi Paskibraka menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama berisi 17 orang yang bertugas sebagai pengiring. Kemudian kelompok kedua terdiri dari delapan orang yang bertugas membawa bendera. Dan kelompok terakhir berjumlah 45 orang yang bertugas sebagai pengawal.

Konsep Paskibraka ini pun terus digunakan hingga saat ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait