Berpangkat Mayjen, Ini Alasan Soeharto Tak Masuk Daftar Penculikan G30S PKI

  • Arry
  • 1 Okt 2023 14:34
Mayjen Soeharto di peristiwa G30S PKI(G30S PKI/G30SPKI.com)

Sebanyak enam jenderal TNI diculik dan dibunuh dalam peristiwa G30S PKI. Namun, sosok Soeharto yang berpangkat Mayjen alias bintang dua tidak masuk dalam daftar penculikan. Apa alasannya?

Peristiwa pembunuhan dan penculikan para jenderal TNI terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 dini hari. Sebanyak enam jenderal diculik dan dibunuh, termasuk satu ajudan Jenderal AH Nasution.

Sementara Jenderal AH Nasution lolos dari penculikan. Sebagai gantinya, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani tewas tertembak dan ajudannya bernama Pierre Tendean diculik dan dibunuh lantaran mengaku sebagai Nasution.

Banyak yang mempertanyakan kenapa Soeharto tidak masuk dalam daftar jenderal yang diculik dalam peristiwa G30S. Padahal dia berpangkat Mayjen dan menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) atau Pangkostrad.

Baca juga
Mengenal 10 Tentara-Polisi Pahlawan Revolusi yang Gugur Saat Pemberontakan G-30S-PKI

Jawaban dari pertanyaan itu pernah diungkap Kolonel Abdul Latief, salah satu tokoh kunci dalam peristiwa G30S. Dalam kesaksiannya kepada Mahkamah Militer, Latief mengungkapkan alasan tidak memasukkan nama Soeharto dalam target operasi.

"...karena kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran," kata Latief seperti dikutip dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang (2010).

Latief juga bersaksi, dia mengklaim memberi tahu Soeharto soal rencana penculikan sejumlah jenderal. Menurutnya, dia juga sudah membahas soal isu Dewan Jenderal dengan Soeharto sebanyak dua kali.

"Tanggapan beliau akan dilakukan penyelidikan," kata Latief.

Baca juga
Kenapa Soeharto Tak Jadi Korban PKI? Begini Kesaksian Letkol Latief

Menurut Latief, sebelum G30S dilaksanakan pada 30 September 1965, dia bahkan sempat bertemu Soeharto.

"Sehari sebelum kejadian itu saya melapor langsung kepada Bapak Mayjen Soeharto, sewaktu beliau berada di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) sedang menunggui putranya yang ketumpahan sup panas. Dengan laporan saya ini, berarti saya mendapat bantuan moril, karena tidak ada reaksi dari beliau," kata Latief.

Soeharto mengakui ia bertemu dengan Latief menjelang peristiwa G30S.

Dalam wawancara dengan Der Spiegel pada 19 Juni 1970, Soeharto mengaku ditemui di RSPAD Gatot Subroto oleh Latief pada malam 30 September 1965.

Baca juga
Masuk Daftar Penculikan, 2 Jenderal Ini Lolos dari Peristiwa G30S PKI

"Dia justru akan membunuh saya. Tapi karena saya berada di tempat umum, dia mengurungkan niat jahatnya itu," kata Soeharto.

"Jadi siapa yang sebenarnya telah mengakibatkan terbunuhnya para jenderal tersebut? Saya yang telah memberi laporan lebih dulu kepada Jenderal Soeharto? Atau justru Jenderal Soeharto, yang sudah menerima laporan tetapi tidak berbuat apa-apa?" kata Latief dalam kesaksiannya.

"Nyatanya, sama sekali tidak pernah ada langkah-langkah untuk menambah penjagaan. Sebaliknya, setelah Peristiwa G30S meletus, selain menghantam G30S dan juga membantai ribuan rakyat yang sama sekali tidak tahu apa-apa, mereka bertiga (Soeharto, Umar Wirahadikusumah, dan Basuki Rachmat) kemudian malahan bersama-sama menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno," ujar Latief.

Artikel lainnya: Kisah Kopi Sianida Mirna dan Jessica Diangkat ke Film Ice Cold Tayang di Netflix

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait