Alasan BEM UGM Layangkan Mosi Tidak Percaya ke Rektor
- Arry
- 25 Mei 2025 11:55
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) melayangkan mosi tak percaya kepada Rektor Ova Emilia. Apa alasannya?
Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, menyatakan, mosi tak percaya ini disampaikan karena tidak adanya respons dari Rektor atas desakan dari mahasiswa UGM agar mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Kami hanya ingin mengembalikan marwah UGM sebagai kampus kerakyatan yang artinya harus berpihak semata-mata demi kepentingan rakyat dan bukan kepentingan penguasa," kata Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, dikutip Minggu, 25 Mei 2025.
Menurut Tiyo, UGM telah ikut terlibat membesarkan kekuasaan Presiden RI ke-7 Jokowi, yang dinilai sebagai bagian dari permasalahan yang terjadi saat ini. Pemerintahan saat ini pun dinilai sebagai rezim yang dikehendaki Jokowi.
Baca juga
KM BEM UGM Nobatkan Jokowi Sebagai Alumnus Paling Memalukan
"Tidak sulit memahami betapa UGM mestinya turut bertanggung jawab dengan menegaskan keberpihakannya," kata dia.
"Ketika menuntut supaya rektor UGM melayangkan Mosi Tidak Percaya kepada Lembaga negara, justru dijawab dengan bahwa UGM telah menyelenggarakan kegiatan diskusi yang mengkritik realitas politik hari ini yang tidak lebih dari sebuah akrobat dalam panggung media sementara ketidakadilan dan penindasan terus tetap serta senantiasa terjadi di mana-mana," sambungnya.
"Mosi ini tidak akan kami cabut dan kami akan tetap tidak percaya sampai rektor UGM menyatakan mosi tidak percaya ke Rezim Prabowo-Gibran atau yang setara dengannya sebagai penegasan keberpihakan kepada rakyat," ucapnya.
Berikut isi mosi tidak percaya dari BEM KM UGM kepada rektor Ova Emilia:
Mosi Tidak Pecaya Rektor UGM, Ova Emilia (@BEMKM_UGM)
Mosi Tidak Percaya
Terpilihnya pelanggar HAM, Prabowo Subianto sebagai presiden Republik Indonesia daan nepo-baby, Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi Wakil Presiden dengan mengubah konstitusi atas bantuan 'Raja Jawa' Jokowi yang dapat sedemikian berkuasa atas dukungan UGM. Segala kebijakan ditetapkan oleh pemerintah Prabowo diberlakukan tanpa konsiderasi lebih jauh, Makan Bergizi Gratis, Inpres mengenai Efisiensi Anggaran, dan Danantara. Tak sampai di situ, Prabowo menghendaki Revisi UU TNI sebagai Langkah permulaan mengembalikan Dwi Fungsi TNI dengan mengubur cita-cita Reformasi Militerisme merangsek ke beberapa lingkungan kampus dengan dalih penguatan nasionalisme. Lebih jauh, mahasiswa yang menyampaikan ekspresi kritiknya mendapatkan represi dan bahkan ditetapkan sebagai tersangka. Demokrasi dalam bahaya!
Berangkat dari berbagai masalah yang timbul, Mahasiswa UGM melakukan aksi kemah di Balairung. Mahasiswa menuntut Rektor UGM menyatakan Mosi Tidak Percaya terhadap Lembaga pemerintah yang menciptakan kebijakan ambubradul sebagai sikap keberpihakan pada Rakyat. Rabu 21 Mei 2025 setelah satu pekan okupasi. Iva Emilia, selaku rektor UGM menemui massa aksi dan melakukan dialog. Hasilnya? omon-omon.
Atas kekecewaan terhadap respons yang diberikan oleh rektor, BEM KM UGM menyatakan Mosi Tidak Percaya kepada Ova Emilia selaku Rektor UGM. Betapa malu kami sebagai mahasiswa Kampus Kerakyatan menyaksikan rektor lembek pada berbagai ketidakadilan dan penindasan yang terang benderang. Kami tidak akan mencabut mosi ini sampai rektor menyatakan mosi tidak percaya sebagai bukti keberpihakan kepada rakyat atau suatu yang setara ke depannya.
Tiyo Ardianto, Ketua BEM KM UGM.
Hingga kini belum ada respons dari pihak UGM terkait mosi tak percaya yang dilayangkan BEM KM UGM.
Artikel lainnya: 11 Anggota GRIB yang Duduki Lahan BMKG Ditangkap Polisi