BMKG Ingatkan Gempa M 8,7 di Ujung Kulon: Ini Ancaman Sesungguhnya

  • Arry
  • 16 Jan 2022 10:22
Ilustrasi Gempa Bumi(@psc631798/pixabay.com)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyatakan gempa magnitudo 6,6 yang terjadi di Sumur, Banten, bukanlah ancaman sesungguhnya. Ada gempa yang lebih besar lagi yang lebih mengancam.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo yang lebih besar dibanding gempa Banten, yakni mencapai magnitudo 8,7.

"Dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya, kapan saja dapat terjadi," kata Daryono, dalam keterangan tertulisnya.

Daryono menjelaskan, BMKG mencatat lebih dari 32 kali gempa susulan pascagempa Banten yang terjadi 14 Januari. Kekuatan gempa susulan brkisar antara magnitudo 2,5 hingga 5,7.

Baca Juga
BMKG Ungkap Penyebab Gempa Banten 6,7 Skala Richter yang Mengguncang Hingga Jakarta

Daryono menjelaskan, Selat Sunda merupakan salah satu zona seismic gap di Indonesia yang selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar. Sehingga patut diwaspadai.

Apalagi Selat Sunda berada di antara 2 lokasi gempa besar yakni Gempa Pangandaran pada 2006 dengan kekuatan magnitudo 7,7 dan Gempa Bengkulu pada 2007 dengan magnitudo 8,5.

Berdasarkan catatan sejarah gempa dan tsunami, di wilayah Selat Sunda memang sering terjadi tsunami. Tsunami Selat Sunda pada tahun 1722, 1852, dan 1958 disebabkan oleh gempa.

Baca Juga
VIDEO: Tsunami Hantam Tonga Akibat Letusan Gunung Api Bawah Laut

Sedangkan tsunami tahun 416, 1883, 1928, 2018 terjadi akibat erupsi Gunung Krakatau. Sedangkan, tsunami tahun 1851, 1883, dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.

Menurut Daryono, gempa dan tsunami merupakan proses alam yang tidak dapat diprediksi ataupun dihentikan. Namun, sejumlah upaya mitigasi dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih banyak.

"Seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi, seperti perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami, menyiapkan jalur evakuasi, memasang rambu evakusi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri di samping itu BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat," katanya.

 

Artikel lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait