Bela Polisi di Tragedi Kanjuruhan, Ade Armando: Suporter Arema Sok Jagoan

  • Arry
  • 4 Okt 2022 17:13
Ade Armando komentari soal Tragedi Kanjuruhan(cokro tv/youtube)

Ade Armando membuat kehebohan. Dosen Universitas Indonesia itu melontarkan pernyataan terkait Tregedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang.

Ade Armando membela tindakan yang dilakukan polisi dalam mengamankan suasana. Dia justru menyalahkan aksi ribuan Aremania yang menyerbu masuk ke lapangan.

Ade Armando menyebut suporter Arema FC itu telah melanggar aturan dengan menyerbu lapangan. Hal inilah yang menjadi pangkal masalah dalam Tragedi Kanjuruhan.

"Yang jadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan, melanggar semua peraturan dalam stadion dengan gaya preman masuk ke lapangan, petentengan," kata Ade Armando dalam video yang diunggah di Youtube Cokro TV, Selasa, 4 Oktober 2022.

Baca juga
Video Momen Aremania Minta Polisi Tak Tembakkan Gas Air Mata Dibalas Bentakan

Ade pun menuding ada sejumlah pihak yang kemudian memainkan narasi menyalahkan polisi dalam tragedi Kanjuruhan. Dia menyebut soal pernyataan dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) terkait penggunaan kekuatan berlebihan alias excessive use force dengan gas air mata.

"Sebagian pihak menyatakan bahwa FIFA jelas melarang penggunaan gas air mata dalam stadion, pertanyaannya apakah polisi Indonesia berada di bawah FIFA?" ujarnya.

"Ketika polisi menggunakan gas air mata itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa," ujarnya.

Ade Armando menjelaskan, polisi sudah melakukan tindakan sesuai prosedur. Salah satunya meminta jam pertandingan digelar lebih awal.

"Yang jadi masalah adalah kelakuan suporter Arema memang tidak semua, menurut polisi yang menyerbu lapangan hanyalah tiga ribu orang. Tapi itu sudah cukup memporak-porandakan keadaan," kata Ade.

Baca juga
Kronologi Tragedi Kanjuruhan, 127 Suporter Tewas: Panik Gegara Gas Air Mata

"Mereka tak bsa menyaksikan timnya kalah, padahal pertandingan berlangsung dengan fair, tidak ada keputusan wasit yang meragukan misalnya," ujarnya.

Untuk diketahui Tragedi Kanjuruhan bermula saat sejumlah Aremania menyerbu lapangan usai tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya.

Aparat keamanan pun mencoba membubarkan massa. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menggunakakan gas air mata. Gas itu tak hanya ditembak ke lapangan, tapi juga ke tribun penonton.

Para suporter yang di tribun panik. Mereka pun berdesak-desakan untuk keluar dari stadion. Kepanikan itu membuat suporter sesak nafas dan terjatuh hingga terinjak-injak.

Pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan. Tim ini dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD.

Terkait pengusutan kasus ini, Polri mencopot AKBP Ferli Hidayat sebagai Kapolres Malang. Selain itu ada sembilan komandan Brimob yang dicopot dan dinonaktifkan.

 

Artikel lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait